Friday, August 19, 2016

MAKALAH PPD_ MENGATASI SISWA PEMBOLOS MELALUI BIMBINGAN KONSELING

DAFTAR ISI
RINGKASAN.................................................................................................... 1
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................... 2
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 4
C.     Tujuan Penulisan................................................................................... 4
D.    Manfaat Penulisan................................................................................ 4
BAB II  Tinjauan PUSTAKA
A.    Pengertian Bimbingan Konseling.......................................................... 5
B.     Pengertian Membolos........................................................................... 6
C.     Faktor-faktor yang menyebabkan siswa mmembolos........................   6
D.    Peran program Bimbingan dan Konseling (BK) dalam hal mengatasi
siswa  yang suka membolos...................................................................  7

BAB III                                                                                                             PEMBAHASAN
A.    Konsep Tindakan Bimbingan Konseling Terhadap Siswa
yang Membolos.................................................................................  14
B.     Membentuk Pribadi Siswa Agar Tidak Membolos...........................   16

BAB IV                                                                                                             SIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan........................................................................................... 17
B.     Saran..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 19
                


RINGKASAN

Berbagai gagasan tentang  cara mengatasi siswa pembolos tetapi sedikit yang membahas cara mengatasi melalui bimbingan konseling Sehubungan pemaparan tersebut, tulisan ini memuat (1) Apa saja yang menyebabkan anak-anak membolos. (2) Bagaimanakah solusi untuk mengatasi anak -anak membolos. deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penulisan yang menghasilkan data desriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati, didukung dengan studi literatur atau studi kepustakaan berdasarkan pendalaman kajian pustaka berupa data dan angka, sehingga realitas dapat dipahami dengan baik. Langkah-langkah tersebut yaitu (1) Tahapan memunculkan kesadaran siswa akan buruknya dampak dari membolos (2) Tahapan mendiskusikan bagaimana cara mengatasi siswa yang membolos. Tahapan evaluasi akhir bagaima solusi  untuk mengatasi siswa-siswa membolos.

Kata Kunci: Mengatasi siswa pembolos mealalui bimbingan konseling
















BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hampir di setiap sekolah dapat dijumpai program Bimbingan dan Konseling atau disingkat (BK). Program Bimbingan dan Konseling lebih menyangkut atau mementingkan pada upaya dalam hal memfasilitasi atau memberikan samacam fasilitas kepada para peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keberadaan program Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah saat ini sangat dibutuhkan. Hal ini menyangkut pada tugas dan perannya terhadap peserta didik. Keberadaan program Bimbingan dan Konseling (BK) sangat dibutuhkan dan mutlak adanya. Misalnya saja kenakalan pada siswa yang merupakan salah satu faktor penyebab lingkungan sekolah menjadi rusak,  yakni siswa merupakan pelaku utama dalam peristiwa tersebut karena masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya mengalami perubahan baik emosional, tubuh, minat, pola prilaku, dan juga dengan masalah oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah. Masalah pada siswa itu timbul sebagai akibat terjadinya perubahan perilaku. Menyebabkan kenakalan siswa seperti membolos dan meminum minuman keras.Hal itu dapat menyebabkan menurunnya minat belajar yang ditimbulkan oleh banyak faktor pendorong yang dapat menyebabkan menurunnya minat belajar siswa diantaranya faktor internal dari anak itu sendiri dan faktor eksternal seperti keluarga (broken home) dan teman . Faktor eksternal yang lain kadang kala menjadikan alasan membolos adalah mata pelajaran yang tidak diminati atau tidak disenangi. Kenakalan siswa ini sangat berdampak besar  dalam kegiatan belajar siswa yang dapat menyebabkan siswa tersebut malas masuk sekolah. Kenakalan siswa merupakan suatu bentuk perilaku siswa yang menyimpang dari aturan sekolah. Dalam hal ini faktor pertemanan sangat berpengaruh penting ,karena siswa tidak mampu membatasi diri terhadap pengaruh negatif yang di berikan oleh teman sebayanya.maka dari itu setiap siswa harus mampu membatasi pergaulannya.
Perilaku membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi banyak pelajar. Hal ini disebabkan kerena perilaku membolos itu sendiri telah ada sejak dulu. Tindakan membolos sebagai sebuah jawaban atas kejenuhan yang sering dialami oleh banyak siswa terhadap kurikulum sekolah.Akibatnya memang akan menjadi fenomena yang jelas - jelas akan mencoreng sekolahan itu sendiri. Tidak hanya di kota - kota besar saja siswa yang terlihat sering membolos, bahkan sekolah yang letaknya di daerah – daerah terpencil  pun perilaku membolos sudah menjadi kegemaran. Banyak siswa yang sering membolos bukan hanya di sekolah - sekolah tertentu saja tetapi banyak sekolah mengalami hal yang sama.  Bagi siswa yang kebanyakan remaja dan penuh dengan jiwa yang mementingkan kebebasan dalam berfikir dan beraktifitas, hal ini sangat mengganggu sekali. Sebab, masa remaja adalah masa yang penuh dengan semangat kreatifitas. Menurut pandangan psikologis, usia seseorang antara 15 - 21 tahun adalah usia dalam masa pencarian jati diri. Tentu saja sistem pendidikan yang ketat tanpa diimbangi dengan pola pengajaran yang sifatnya 'menyejukkan' membuat anak tidak lagi betah di sekolah. Mereka yang tidak tahan itulah yang kemudian mencari pelarian dengan membolos, walaupun secara tidak langsung hal seperti  ini sebenarnya bukan merupakan suatu jawaban yang baik. Hal ini dapat dibuktikan bahwa siswa yang suka membolos seringkali menjadi ikut serta terlibat pada hal - hal yang cenderung merugikan. Tumpuan kesalahan prilaku membolos kebanyakan di bebankan kepada anak didik yang terlibat membolos. Ketika kasus demi kasus dapat terungkap, anak didiklah yang menjadi beban kesalahan. Ini adalah sikap yang tidak mendukung yang justru hanya akan menambah masalah. Sikap saling introspeksi diri itu adalah hal yang mendukung untuk menyelesaikan masalah prilaku membolos. faktor kurang nyaman nya siswa yang ada di sekolah bisa saja menjadi alasan untuk siswa agar bisa membolos. Seperti fenomena yang telah di paparkan di atas bukan saja anak yang menjadi tumpuan dan beban kesalahan.Perilaku membolos ini perlu mendapat perhatian penuh dari berbagai pihak. Bukan saja hanya perhatian yang berasal dari pihak sekolah, melainkan juga perhatian yang berasal dari orang tua, teman maupun pemerintah. Perilaku membolos sangat merugikan dan bahkan bisa saja menjadi sumber masalah baru. Apabila hal ini terus menerus dibiarkan berlalu, maka yang bertanggung jawab atas semua ini bukan saja dari siswa itu sendiri melainkan dari pihak sekolah ataupun guru yang menjadi orang tua di sekolah juga akan ikut menangungnya.   Sehubungan dengan hal itu kami turut prihatin sehingga ingin mencari penyebab dan menemukan solusi untuk mengatasi anak-anak masih gemar yang membolos tersebut

B.     Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian ini yaitu:
1.      Apa saja yang menyebabkan anak-anak membolos?
2.      Bagaimanakah solusi untuk mengatasi anak – anak membolos?

C.    Tujuan Penulisan
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menjelaskan pengertian dari program Bimbingan dan Konseling.  (2) Menjelaskan pengertian dari membolos. (3) Mengetahui apa saja faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa membolos. (4) Mengetahui dampak atau akibat yang akan ditimbulkan pada siswa yang suka membolos. (5)  Mengetahui bagaimana peran dari progam Bimbingan dan Konseling (BK) dalam hal mengatasi siswa yang suka membolos. (6) Menyelesaikan tugas mata kuliah Profesi Pendidikan.


D.    Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan muncul yaitu; (1) munculnya inovasi baru dalam pembelajaran seputar tentang  apa itu program Bimbingan Konseling dan bagaimana peran program Bimbingan Konseling dalam mengatasi kasus perilaku membolos pada pelajar/siswa.; (2) munculnya motivasi guru untuk mengintegrasikan konsep-konsep  mengatasi siswa yang sering membolos dan (4) munculnya perubahan sikap peserta didik dengan mengedepankan nilai-nilai moral pada karakter bangsa dalam kehidupan sehari-hari.







E.     TINJAUAN PUSTAKA
1.      Pengertian Bimbingan dan Konseling

Prayitno dan Erman Amti (2004) mengungkapkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan oleh orang yang ahli kepada beberapa orang atau individu, baik anak anak, remaja, maupun dewasa.
Winkel (2005) memberikan definisi bimbingan ialah usaha melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri. Kalau kita amati pendapat para ahli tentang bimbingan sepertinya para ahli diatas kebanyakan sepakat bahwa secara umum bimbingan mempunyai arti bantuan. Namun jika kita mau menyimpulkan pendapat para ahli tersebut dengan pengertian yang lebih luas, maka kurang lebih kesimpulannya adalah bahwa bimbingan merupakan bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk memahami dan mengatasi permalahan yang dialami oleh individu atau seseorang tersebut, dengan cara terus menerus dan sitematis.
Setelah kita menyimpulkan definisi bimbingan dari beberapa ahli, sekarang kita juga akan mempelajari definisi konseling. Marilah kembali kita simak pendapat para ahli!. Menurut Prayitno dan Erman Amti(2004) konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami masalah yang bermuara pada teratsinya masalah yang dihadapi oleh individu tersebut.
Winkel (2005) berpendapat bahwa konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Dari kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian konseling merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh konselor yang dilakukan secara khusus dengan cara tatap tatap muka dengan konseli guna mengatasi masalah yang dihadapi konseli.
Setelah menguraikan beberapa definisi tentang bimbingan dan konseling, maka sekarang kita bisa menyimpulkan definisi Bimbingan dan Konseling (BK) yaitu Serangkaian kegiatan berupa bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada konseli dengan cara tatap muka, baik secara individu atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk mengatasi permalahan yang dialami oleh konseli, dengan cara terus menerus dan sitematis.

2.      Pengertian dari membolos

Menurut Kristiyani (2009) perilaku yang dikenal dengan istilah truancy ini dilakukan dengan cara, siswa tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan berseragam, tetapi mereka tidak berada di sekolah. Perilaku ini umumnya ditemukan pada remaja mulai tingkat pendidikan SMP. Sedangkan menurut Ridlowi (2009) membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan ketidak hadiran tanpa alasan yang jelas.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku membolos adalah perilaku siswa yang tidak masuk sekolah atau tidak mengikuti pelajaran tanpa alasan atau dengan alasan yang tidak bisa  dipertanggung jawabkan.

3.      Faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa membolos

Mengemukakan tentang alasan-alasan yang
menyebabkan siswa membolos sekolah, dibagi 2 kelompok yaitu:

a.       Sebab dari dalam diri anak itu sendiri, yaitu :
1.      Pada umumnya anak tidak ke sekolah karena sakit,
2.      Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah,
3.      Kemampuan intelektual yang tarafnya lebih tinggi dari teman-temannya,
4.      Dari banyaknya kasus di sekolah, ternyata faktor pada anak yaitu
kekurangan motivasi belajar yang jelas mempengaruhi anak.

b.      Sebab dari luar anak, yaitu :

1.      Faktor Keluarga                   
Mungkin kita pernah mendengar (atau mungkin sering) ada siswa yang tidak diperbolehkan masuk sekolah oleh orang tuanya. Untuk suatu alasan tertentu mungkin hal ini dianggap paling efisien untuk mengatasi krisis atau permasalahan dalam keluarganya. Misalkan kakaknya sakit, sementara kedua orang tuanya harus pergi bekerja mencari nafkah. Untuk menemani kakaknya tersebut maka adiknya terpaksa tidak masuk sekolah. Untuk alasan tersebut bolehlah sang adik tidak masuk sekolah. Tapi yang menjadi masalah terkadang anak tersebut tidak membuat surat izin kepada pihak sekolah, sehingga piha sekolah tidak tahu duduk permasalahannya. Yang mereka tahu si A membolos. Sementara dampaknya bagi anak tersebut ialah ia harus kehilangan waktu belajarnya. Jika hal ini menjadi kebiasaan (membolos), lambat laun siswa tersebut tidak peduli lagi dengan peraturan. Ia akan berbuat seenaknya, terserah mau masuk atau tidak. Orang tua yang tidak peduli terhadap pendidikan. Selain itu sikap orang tua terhadap sekolah juga memberi pengaruh yang besar pada anak. Jika orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting dan hanya membuang-buang waktu saja, atau juga jika mereka menanamkan perasaan pada anak bahwa ia tidak akan berhasil, anak ini akan berkurang semangatnya untuk masuk sekolah. Biasanya sikap orang tua yang menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting karena mereka sendiri orang yang kurang berpendidikan. Akibatnya penghargaan terhadap pendidikan hanya dipandang sebelah mata. Bahkan mereka menuntut agar anak-anaknya untuk bekerja saja mencari uang. Ironisnya mereka juga menuntut agar anaknya memperoleh hasil yang lebih besar dari kemampuan anak tersebut. Orang tua seperti ini tidak memiliki pandangan jauh ke depan, sebagai imbasnya masa depan anaklah yang menjadi korban. Membeda - bedakan anak. Ada orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan bagi anak laki-laki lebih penting daripada anak perempuan. Anak laki - lakilah yang menjadi tumpuan dan kebanggaan keluarga, sementara anak perempuan pada akhirnya akan kawin dan hanya mengurusi masalah dapur, sehingga tidak memerlukan pendidikan yang terlalu tinggi. Dalam hal ini, anak perempuan didorong untuk tidak masuk sekolah. Mengurangi uang saku. Meskipun tidak semua anak menginginkan uang saku yang banyak, namun tidak sedikit pula anak - anak yang merasa kurang percaya diri jika uang saku mereka sedikit dibanding dengan teman-temannya. Sehingga akibatnya pada anak tersebut ialah ia menjadi malas untuk masuk sekolah.  Di zaman modern seperti sekarang ini uang selalu dapat berbicara, tak terkecuali pada bidang pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang mengharuskan siswa-siswanya untuk membeli LKS, buku wajib, dan segala dan kebutuhan lain demi kepentingan proses belajar. Untuk barang-barang tersebut kadang orang tua tidak mau mengeluarkan uang untuk membelinya. Maka siswa yang tidak membeli akan malu pada siswa lain yang membeli. Dan siswa yang tidak membeli akan malas untuk berangkat ke sekolah.



2.      Faktor Personal                   
Faktor personal misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman keras.
3.      Faktor yang Berasal dari Sekolah                 
Tanpa disadari, pihak sekolah bisa jadi menyebabkan perilaku membolos pada remaja, karena sekolah kurang memiliki kepedulian terhadap apa yang terjadi pada siswa. Awalnya barangkali siswa membolos karena faktor personal atau permasalahan dalam keluarganya. Kemudian masalah muncul karena sekolah tidak memberikan tindakan yang konsisten, kadang menghukum kadang menghiraukannya. Ketidakkonsistenan ini akan berakibat pada kebingungan siswa dalam berperilaku sehingga tak jarang mereka mencoba - coba membolos lagi. Jika penyebab banyaknya perilaku membolos adalah faktor tersebut, maka penanganan dapat dilakukan dengan melakukan penegakan disiplin sekolah. Peraturan sekolah harus lebih jelas dengan      sangsi - sangsi yang dipaparkan secara eksplisit, termasuk peraturan mengenai presensi siswa sehingga perilaku membolos dapat diminimalkan. Selanjutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan pihak sekolah adalah kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa yang sering membolos, pendekatan individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah. Selain terkait dengan permasalahan pribadi dan keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan pandangan mereka terhadap kegiatan belajar di sekolah, apakah siswa merasa tugas - tugas yang ada sangat mudah sehingga membosankan dan kurang menantang atau sebaliknya sangat sulit sehingga membuat frustasi. Tugas pihak sekolah dalam membantu menurunkan perilaku membolos adalah mengusahakan kondisi sekolah hingga nyaman bagi siswa - siswanya. Kondisi ini meliputi proses belajar mengajar di kelas, proses administratif serta informal di luar kelas.                 
Dalam seting sekolah, guru memiliki peran penting pada perilaku siswa, termasuk perilaku membolos. Jika guru tidak memperhatikan siswanya dengan baik dan hanya berorientasi pada selesainya penyampaian materi pelajaran di kelas, peluang perilaku membolos pada siswa semakin besar karena siswa tidak merasakan menariknya pergi ke sekolah. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk memperhatikan siswa sehingga mereka tertarik datang dan merasakan manfaat sekolah adalah dengan melakukan pengenalan terhadap apa yang menjadi minat tiap siswa, apa yang menyulitkan bagi mereka, serta bagaimana perkembangan mereka selama dalam proses pembelajaran. Dengan perhatian seperti itu siswa akan terdorong untuk lebih terbuka terhadap guru sehingga jika ada permasalahan, guru dapat segera membantu. Dengan suasana seperti itu siswa akan tertarik pergi ke sekolah dan perilaku membolos yang mengarah pada kenakalan remaja dapat dikurangi. Tentu saja, pendekatan dari pihak sekolah ini hanya menjadi salah satu faktor saja. Faktor lainnya seperti faktor personal dan faktor keluarga juga tak kalah penting dan memberi kontribusi besar dalam perilaku membolos, sehingga pencarian mengenai penyebab yang pasti dari perilaku membolos perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum kita menetapkan pihak mana yang layak melakukan intervensi.               
Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Di sana tempat siswa - siswa belajar ilmu pengetahuan. Belajar akan lebih berhasil bila bahan yang dipelajari menarik perhatian anak. Karena itu bahan harus dipilih yang sesuai dengan minat anak atau yang di dalamnya nampak dengan jelas adanya tujuan yang sesuai dengan tujuan anak melakukan aktivitas belajar. Jadi, suasana kelas sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran yang jelas juga akan memudahkan siswa dalam pemahamannys. Sehingga siswa tidak akan bosan dan mudah mengikuti kegiatan pembelajaran. Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor sekolah merupakan faktor yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja, yaitu antara lain kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa.

4.      Akibat yang akan ditimbulkan oleh siswa yang suka membolos

Berikut ini beberapa akibat dari tindakan membolos siswa, antara lain :

a.       Akibat dari psikis
Anak cenderung merasa cemas jika membolos, karena jika ditemukan oleh petugas sekolah maka akan dihukum dan diskorsing, tidak naik kelas, dan akibat yang lebih buruk lagi adalah dikeluarkan dari sekolah. Perasaan cemas ini sebenarnya dirasakan oleh setiap anak yang melakukan kesalahan atau melanggar peraturan, tapi tingkat atau kadar kecemasan dari masing-masing anak berbeda.

b.      Akibat secara sosial
Anak yang sering membolos cenderung dibenci atau tersisihkan dari teman-temannya. Anak yang tidak membolos, enggan berteman dengan anak yang sering membolos karena khawatir akan terpengaruh pada kebiasaan-kebiasaan jelek. Seperti pendapat Jadi bisa dikatakan bahwa anak membolos dapat dipengaruhi atau mempengaruhi orang lain.

c.    Akibat dalam prestasi belajar
Anak tidak masuk sekolah pasti ketinggalan langkah dasar tertentu dalam belajar. Waktu dia kembali ke sekolah dia rugi karena tidak masuk sekolah, dia membolos lagi karena hal itu dia gagal dan dengan demikian ia membuka jalan kegagalan berikutnya apabila ia masuk sekolah lagi.

5.      Peran program Bimbingan dan Konseling (BK) dalam hal mengatasi siswa  yang suka membolos

Bimbingan Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali menjadi momok atau bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih berfungsi sebagai pengadilan siswa dari pada membimbing siswa. Jika ada siswa yang bermasalah melanggar aturan sekolah maka langsung dipanggil guru BP untuk dilakukan pembinaan yang cenderung ke arah penghakiman. Paradigma itu semestinya perlu sedikit diubah yaitu bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya mengurusi anak yang bermasalah melanggar aturan sekolah namun juga harus bisa berfungsi sebagai teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi tempat curhat. Bimbingan konseling semestinya bisa memberikan rasa nyaman kepada siswa dengan dapat memberikan banyak solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa baik stres masalah pelajaran, keluarga,pertemanan dan lain sebagainya. Perubahan paradigma ini diharapkan kenakalan maupun stress dikalangan siswa bisa semakin dieliminir. Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak anak - anak dengan berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk pribadi anak menjadi manusia yang berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk membentuk pribadi santun dan mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu permasalahan pada siswa, pendidik atau pihak sekolah juga turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan keluar.
Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan membolos memang tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah satu usaha dari pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum karena membolos. Padahal menghukum bukanlah satu-satunya jalan untuk membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab siswa remaja merupakan masa kondisi emosi yang tidak labil, mudah tersinggung dan mudah sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika dipaksakan untuk lurus maka ia akan patah. Oleh karena itu, penanganannya harus hati - hati.
Sesungguhnya yang paling dominan dalam mempengaruhi siswa membolos adalah keberadaan guru. Guru yang ideal harus berfungsi sebagai,Designer of Instruction. Sebagai Designer, guru harus mampu membuat pembelajaran menarik dan tidak membosankan, tapi seperti yang telah kita ketahui banyak guru yang tidak mampu sebagai peracik bahan - bahan pengajaran yang kemudian dikemas dan di sajikan menarik kepada siswa, sehingga pada gilirannya siswa merasa jenuh di kelas. Dan tidak kalah pentingnya guru ideal adalah guru yang mampu menempatkan dirinya sebagai Evaluator of Instruction, guru diharapkan sebagai penilai hasil ujian siswa dengan mengedepankan kejujuran, transparansi dalam menilai siswanya. Tapi banyak sekali guru dengan kesibukannya mencari tambahan ekonomi keluarga, melakukan penilaian dengan cara “ngaji (mengarang biji)” nilai siswa dikarang karena tidak punya waktu banyak untuk menilai satu persatu siswanya. Hal inilah bisa sebagai pemicu siswa membolos.

BAB III. METODE PENULISAN
A.    Jenis Penulisan
Penulisan ini merupakan jenis penulisan deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penulisan yang menghasilkan data desriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati, didukung dengan studi literatur atau studi kepustakaan berdasarkan pendalaman kajian pustaka berupa data dan angka, sehingga realitas dapat dipahami dengan baik (Moloeng, 1990:5).   
Penekanan dalam penulisan ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai suatu fenomena yang terjadi atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkaitan dengan masalah dan unit yang diamati (Faisal, 1999:20). Dalam menganalisis permasalahan, terlebih dahulu melakukan proses analisis terhadap permasalahan kemudian mengaitkan permasalahan yang terjadi di lapangan beserta solusinya. Tujuan dari penulisan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003)
B.     Teknik Penulisan
Teknik penulisan dilakukan dengan memahami atau mengekplorasi beberapa data sehingga mampu memberikan deskripsi tentang masalah yang dianalisis. Sesuai dengan jenis penulisannya maka penulisan karya ilmiah ini menggunakan teknik penulisan yang berkarakter kualitatif dengan menguraikan, menjabarkan, dan merangkai variabel-variabel yang diteliti menjadi sebuah untaian kata-kata dalam setiap bagian pembahasan.
C.    Jenis Data Dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan ini termasuk jenis data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Teknik dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisis beberapa hal yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Data-data yang relevan tersebut berupa hasil dokumentasi yang memiliki relevansi terhadap permasalahan yang dikaji. Data-data tersebut dapat diperoleh dari beberapa buku pegangan Guru BK dan data wawancara . Data diperoleh dengan cara wawancara atau observasi Guru BK dan melakukan diskusi untuk memperkuat argumen dan pemahaman terhadap permasalahan yang diangkat. Metode diskusi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pertukaran pikiran dengan orang yang memiliki kompetensi tentang topik yang diangkat. Dengan demikian, proses analisis yang merupakan hasil pengumpulan data ini hanya sebatas data yang dapat diperoleh.
D.    Metode Analisis Data
Sehubungan dengan permasalahan yang tertulis pada rumusan masalah dan pendekatan penulisan yang digunaan, penulis menganalisa data-data yang diperoleh dengan metode analisa deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun, sehingga mempermudah pembahasan masalah-masalah yang ada. Karena titik fokus penulisan ini adalah penulisan berbasis literatur (pustaka), maka data yang diumpulkan merupakan data kualitatif. Proses analisa data yang dilakukan dalam penulisan ini terjadi secara bolak balik dan berinteraktif, yang terdiri dari:
            Pengumpulan data (data collection)
            Reduksi data (data reduction)
            Penyajian data (data display)
Pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclution drawing and verification) (Milles Huberman : 1994)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Konsep Tindakan Bimbingan Konseling Terhadap Siswa yang Membolos
Konsep ini menitikberatkan bagaimana tindakan mengatasi siswa yang membolos Dengan Mengetahui Faktor - Faktor Penyebabnya Dengan mengetahui faktor - faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa yang membolos mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak sebab yang terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak. Jadi kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
Menerapkan Gerakan Disiplin. Gerakan disiplin ini difokuskan untuk memantau para pelajar yang membolos atau pergi pada waktu jam-jam sekolah. Biasanya mereka barada di tempat keramaian atau di tempat hiburan. Pelajar yang membolos selain merugikan dirinya sendiri juga berpotensi untuk menimbulkan keresahan di masyarakat karena biasanya pelajar yang suko membolos mempunyai tingkat kenakalan yang tinggi dan justru sering medekati kriminal seperti pengompasan pelajar yang lebih kecil atau dibawahnya sampai dengan tawuran dan pesta miras. Sex bebas di kalangan pelajar juga muncul dari fenomena bolos sekolah dimana orang tua sering kali tidak di rumah karena harus bekerja dimanfaatkan untuk berbuat negatif. Fenomena bolos sekolah ini sebenarnya tidak bisa dianggap remeh karena dari sinilah banyak hal tentang kerusakan moral pelajar dimulai. Oleh karena itu perlu tindakan tegas dari para aparat Satpol PP untuk sering melakukan operasi agar menjadi sebuah shock therapy yang mempunyai efek jera bagi para pembolos dan juga ketegasan dari pihak sekolah untuk mencegah siswanya bolos sekolah. Kalaupun siswa harus keluar sekolah pada jam sekolah haruslah seijin sekolah dengan menggunakan surat ijin.
Sosialisasi Kepada Pengelola Hiburan Pihak Dinas Pendidikan dibantu oleh Kesbanglinmas dan Satpol PP serta berkoordinasi dengan Kepolisian harus terus mensosialisasikan kepada para pengelola hiburan seperti Play Station untuk tidak menerima konsumen Pelajar pada jam sekolah. Kebanyakan pelajar yang bolos sekolah ”bersembunyi” di sana. Setelah sosialisasi dirasa cukup mungkin dengan penempelan stiker atau poster tentang larangan pelajar bermain di waktu jam sekolah maka ditingkatkan menjadi taraf pemantauan. Jika dari pihak pengelola masih membiarkan para pelajar bolos bermain di situ maka dapat diberi peringatan ,jika peringatan tidak diindahkan maka bisa dilakukan penyegelan sementara atau bahkan penutupan paksa disesuaikan dengan aturan yang berlaku. Sesungguhnya yang paling dominan dalam mempengaruhi siswa membolos adalah keberadaan guru. Guru yang ideal harus berfungsi sebagai,Designer of Instruction. Sebagai Designer, guru harus mampu membuat pembelajaran menarik dan tidak membosankan, tapi seperti yang telah kita ketahui banyak guru yang tidak mampu sebagai peracik bahan - bahan pengajaran yang kemudian dikemas dan di sajikan menarik kepada siswa, sehingga pada gilirannya siswa merasa jenuh di kelas. Dan tidak kalah pentingnya guru ideal adalah guru yang mampu menempatkan dirinya sebagai Evaluator of Instruction, guru diharapkan sebagai penilai hasil ujian siswa dengan mengedepankan kejujuran, transparansi dalam menilai siswanya. Tapi banyak sekali guru dengan kesibukannya mencari tambahan ekonomi keluarga, melakukan penilaian dengan cara “ngaji (mengarang biji)” nilai siswa dikarang karena tidak punya waktu banyak untuk menilai satu persatu siswanya. Hal inilah bisa sebagai pemicu siswa membolos.

B.     Membentuk Pribadi Siswa Agar Tidak Membolos
Dari metode penerapan yang dikemukakan Barraja-Royan di bab sebelumnya, diketahui bahwa ada enam tahapan  utama dalam tahapan memembentuk pribadi siswa agar tidak membolos. Keenam tahapan  tersebut yaitu (1) munculkan kesadaran peserta didik akan adanya efek buruk jika mereka terus membolos, kesadaran akan mereka akan ketinggalan pelajaran, kesadaran akan pentingkannya mengikuti pelajaran; (2) Tahapan akan selalu saling memperingati akan pentingnnya mengikuti pelajaran dikelas dan ruginya akan membolos; (3) Tahapan evaluasi akhir akan kesadaran siswa bahwa pentingnya mereka mengikuti pelajaran dikelas dan betapa ruginya mereka jika meninggalkan pelajaran; .
Dari model tersebut, detail kegiatan mengatasi siswa membolos dan akan membentuk pribadi siswa menjadi lebih baik adalah sebagai berikut
Sasaran Prograam        : Siswa SMP kelas IX dan siswa SMA kelas XI
Mata Pelajaran            : Bimbingan Konseling
Langkah kegiatan pembelajaran
1.      Bercakap-cakap dengan peserta didik mengenai topik yang dibahas.
2.      Bercakap-cakap dengan peserta didik tentang  masalah apa yang dibahas
3.      Meminta siswa menceritakan masalahnya kenapa ia membolos.
4.      Mendiskusikan masalah yang dihadapi siswa
5.      Mendiskusikan solusi yang baik tentang masalah yang dihadapi siswa
6.      Pemamaparan lanjut guru memberikan saran agar masalah yang dihadapi siswa terselesaikan.

Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan diawali dengan mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa yang menyebabkan siswa tersebut membolos, dilanjutkan dengan siswa menceritakan masalahnya, kemudian mendiskusikan masalah yang siswa hadapi, dan terakhir adalah guru memberikan saran agar masalah yang dihadapi siswa terselesaikan. Model ini akan lebih memudahkan siswa menyelesaikan masalah yang ia hadapi. Sehingga harapan terbentuknya pribadi siswa agar tidak membolos  pun mampu direalisasi.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.                Kesimpulan
Bimbingan merupakan                  
a.       Suatu proses yang berlesinambungan.
b.      Suatu proses membantu individ.                
c.       Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan/potensinya.
d.      Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
Untuk melaksanakan bimbingan tersebut diperlukan petugas yang telah memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bimbingan dan konseling. Istilah konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan. Istilah penyuluhan dalam kegiatan bimbingan menurut beberapa ahli kurang tepat. Menurut mereka yang lebih tepat adalah konseling karena kegiatan konseling ini sifatnya lebih khusus, tidak sama dengan kegiatan - kegiatan penyuluhan lain seperti penyuluhan dalam bidang pertanian dan penyuluhan dalam keluarga berencana. Pelayanan konseling menuntut keahlian khusus, sehingga tidak semua orang yang dapat memberikan bimbingan mampu memberikan jenis layanan konseling ini. Membolos merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam penanganannya perlu perhatian yang serius. Memang tidak sepenuhnya kegiatan membolos dapat dihilangkan, tetapi usaha untuk meminimalisir tetap ada. Faktor-faktor yang menjadi penyebab siswa membolos terbagi menjadi dua golongan, yaitu faktor internal dan eksternal. Selain itu, faktor–faktor lain yang menjadi penyebab siswa  membolos lainnya, meliputi: faktor keluarga, faktor kurangnya kepercayaan diri, perasaan yang termarginalkan, faktor personal serta faktor yang berasal dari sekolah. Akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos, akan mengalami kegagalan dalam pelajaran. Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Peran program Bimbingan dan Konseling (BK) dalam hal mengatasi siswa yang suka membolos, yakni dengan mengetahui faktor - faktor penyebab siswa membolos, menerapkan gerakan disiplin serta sosialisasi kepada pengelola hiburan. Melalui program BK, pihak sekolah berupaya mencari solusi bagi mereka yang suka membolos. Karena membolos terkait berbagai faktor, maka dalam penyelesaiannya tidaklah mudah. Oleh karena itu pihak sekolah juga mengikutsertakan orang tua.  Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah (dalam hal ini BK) dan orang tua siswa, permasalah membolos siswa diharapkan dapat diselesaikan sehingga tidak menjalar kepada siswa lainnya.







B.                 Saran
Adapun saran dari tulisan ini yaitu Dengan adanya tulisan  ni, para pembaca bisa lebih mengetahui tentang pengertian Bimbingan dan Konseling serta peran Bimbingan dan Konseling terhadap Perilaku membolos yang kerap dilakukan para remaja sekolah. Dan siswa lebih memahami bahwa prilaku membolos sangat merugikan mereka.

























DAFTAR PUSTAKA

·         Kartono, Kartini. Bimbingan bagi anak dan remaja yang bermasalah. Rajawali Pers: Jakarta. 1991
·         Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2006
·         Soejatno, Agoes. Bimbingan Kearah Belajar yang Sukses. Aksara Baru: Surabaya. 1990
·         Agoes Soejatno, Bimbingan Kearah Belajar yang Sukses (Aksara Baru : Surabaya, 1990) Halaman 19
·         Kartini Kartono, Bimbingan bagi anak dan remaja yang bermasalah (Rajawali Pers : Jakarta. 1991) Halaman 78
·         Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis (Remaja Rosdakarya : Bandung, 2006) Halaman 127

·         Kartini Kartono, Bimbingan bagi anak dan remaja yang bermasalah (Rajawali Pers : Jakarta. 1991) halaman 83

1 comment:

  1. terima kasih artikelnya sangat membantu, kebetulan kami juga bergerak di bidang pengembangan aplikasi khususnya untuk absensi sekolah berbasis sms gateway terhubung langsung dengan HP orang tua, cocok juga untuk absensi pegawai kantor, untuk lebih jelasnya silahkan hubungi website kami www.schoolmantic.com

    ReplyDelete